Di tengah derasnya arus modernisasi dan transformasi kota, ruang ruang otentik seperti pasar tradisional menghadapi ancaman serius: tergantikan, dirombak, atau dilupakan. Padahal, pasar bukan hanya tempat transaksi, ia adalah ruang hidup, ruang cerita, dan ruang memori kolektif. Ia merekam jejak sejarah, relasi sosial, dan budaya warga kota. Buku ini memperkenalkan sebuah pendekatan baru yang disebut Authenticity Driven Placemaking (ADPM) sebuah metode perencanaan kota yang menempatkan keotentikan ruang sebagai pusat strategi revitalisasi. Berbasis pendalaman lapangan di empat pasar tradisional di Surakarta, buku ini menjelajahi tiga dimensi utama yang membentuk keotentikan sebuah ruang: spasial, sosial, dan simbolik.